4 April 2010

Menelusuri Simpul Penyebab Kemiskinan Masyarakat Desa

Bukan rahasia lagi, pemberdayaan ekonomi kerakyatan di perdesaan menghadapi berbagai masalah yang tidak sederhana. Dari sekitar 65.554 desa di Indonesia, lebih kurang 51 ribu desa merupakan desa perdesaan, dan sekitar 20.633 desa diantaranya tergolong miskin. Kemiskinan yang diderita masyarakat desa, khususnya petani dan nelayan tradisional, antara lain akibat pengurasan asset perdesaan selama ini. Berbagai pemberdayaan perekonomian rakyat di perdesaan kurang berhasil, dan kemiskinan itu sudah diterimanya sebagai warisan yang turun temurun.
Beberapa faktor penyebab kemiskinan itu tergambar dari kesimpulan hasil pantauan Ir. Moch Yusuf Gayo, Direktur Perdesaan Wilayah Tengah, yang bersama timnya telah melakukan pengamatan di beberapa desa di wilayah kerjanya.
ADA KONDISI yang dilematis. Muncul perilaku ketergantungan dan ketidakberdayaan masyarakat dalam upaya peningkatan kesejabteraannya sendiri. Kreativitas dan prakarsa masyarakat, rendah. Itulah persoalan yang rata-rata terjadi di perdesaan. Mengapa hal itu bisa terjadi? Banyak faktor yang saling berkait.
Selama ini pembangunan fisik tanpa pengikutsertaan partisipasi masyarakat. Pola demikian paling mungkin menjadi penyebab rendahnya kreativitas dan prakarsa masyarakat, bahkan "membudayanya" perilaku ketergantungan itu tadi. Apalagi pembangunan fisik yang dilakukan tanpa dibarengi pengembangan SDM. Ditambah lagi dengan pembangunan PSD perdesaan belum didasarkan pada sisi kebutuhan saja, sehingga efisiensinya tidak optimal.
Pembangunan dan perkembangan perdesaan jauh tertinggal dibandingkan dengan perkotaan. Sentra-sentra kegiatan ekonomi utama perdesaan yang berbasis pada agrobisnis dan pemanfaatan sumber daya alam belum berkembang secara optimal. Sektor ekonomi lainnya, seperti industri kecil dan kerajinan rakyat masih sangat terbatas.
Sarana dan prasarana perdesaan, terutama jaringan jalan, air bersih den sanitasi sangat tidak memadai. Selain itu sarana dan prasarana pengairan yang telah dibangun serta O&P-nya ditangani pemerintah dalam kondisi kurang terpelihara

Produktivitas Rendah
Permasalahan yang juga serius adalah kerusakan lingkungan di perdesaan semakin meluas. Hal itu akibat pemanfaatan sumber daya alam serta usaha agrobisnis yang kurang didasarkan pada kaidah-kaidah konservasi, penyebab terjadinya berbagai macam bencana yang menimpa masyarakat perdesaan.
Dalam segi produktivitas, harus diakui bahwa penguasaan teknologi dan SDM belum memadai, sehingga produktivitas petani masih rendah, tidak mampu menghasilkan produk olahan dan komoditas primer pertanian yang bernilai tambah lebih tinggi.

Menjarah
Nilai tambah terbesar agribisnis yang umumnya belum dikuasai oleh para petani berada pada subsistem hulu (up-stream) dan subsistem hilir (down-stream).
Sebenarnya banyak bidang usaha ekonomi kerakyatan yang bersifat massal yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat desa sendiri, tetapi kenyataan masyarakat perdesaan hanya menjadi penonton di luar arena. Mengapa demikian? karena bidang-bidang itu pun ditangani oleh para pengusaha besar. Padahal seharusnya pengusaha besar itu dapat berperan dalam pembinaan dan pemasarannya saja.
Suatu fakta, bahwa berbagai upaya pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang dikembangkan oleh Pemerintah, banyak yang kurang berhasil. Contohnya saja kredit yang diberikan kepada petani, macam KUT banyak yang macet pengembaliannya. Anehnya, setelah ditelusuri ternyata malah bukan petaninya yang menerima, banyak oknum pengurus yang memanfaatkan dana jatah usaha tani ini.
Begitu pula dengan KUD-KUD yang hampir ada di setiap desa atau kecamatan. Ketika petani akan menjual hasil produksinya, macam-macam alasannya, petani yang lagi butuh dana tadi terpaksa harus rela melego hasil jerih payahnya itu ke tengkulak.
Tak jauh beda dengan nasib nelayan, umumnya nelayan ini paling gampangnasibnya dimainkan oleh tengkulak atau bandar bandar ikan. Karena mereka ini umumnya memang hanya bermodalkan tenaga saja. kapal penangkap ikan harus sewa, termasuk modal untuk bahan bakarnya. Sesampai di darat, nelayan ini hanya bisa pasrah menjual hasil tangkapannya ini di tangan para bandar yang kadang dengan sesukanya memainkan harga pasar di tempat-tempat pelelangan. Maka disini tidak heran jika para nelayan itu tidak lebih dari sapi perahan saja. Kehidupan keluarganya tetap saja melarat, gubuk reyot tempat berlindung anak-istri tak mampu diperbaikinya, apa mau dikata mereka ini sudah menganggap kemelaratan ini seakan sudah menjadi warisan yang turun-temurun bagi mereka.

Penyebab Kemiskinan
Adalah kewajiban bagi pemerintah di era reformasi ini untuk mengurai simpul-simpul penyebab kemelaratan masyarakat kecil di perdesaan. Ini adalah hutang pemerintah, untuk mengangkat harkat dan derajad mereka, itulah kata yang sering kali diucapkan oleh Ir. Erna Witoelar, Menteri Kimpraswil yang memang sangat perhatian terhadap masyarakat bawah itu.
Dari hasil penelitihan Tim Yusuf gayo itu, paling tidak bisa disimpulkan ada beberapa faktor utama penyebab semakin terpuruknya kondisi ekonomi masyarakat desa itu(petani, nelayan, perajin, peternak dan buruh).

Pertama
Kuatnya posisi pedagang perantara yang didukung oleh birokrat perdesaan yang juga turut menikmati sebagian keuntungana dari mekanisme pasar yang tidak berpihak pada petani

Kedua
seluruh pasar baik lokal, regional maupun eksport umumnya telah dikuasai pedagang dengan distribusi income yang semakin tidak adil bagi produsen di perdesaan.

Ketiga
bantuan-bantuan pemerintah seperti JPS sangat kecil yang benar-benar sampai kepada masyarakat yang menjadi target.

Keempat
tingkat pendidikan masyarakat desa yang relatif rendah sehingga tidak mampu menerima modernisasi dalam upaya meningkatkan teknologi untuk mengefisiensikana kegiatan ekonomi mereka.

Tantangan Ke Depan
Lalu bagaimana melibas simpul-simpul penyebab kemiskinan masyarakat perdesaan ini ? Tujuan pengembangan perdesaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan secara bertahap. Polanya pun tinggal menerapkan. Yaitu melalui
a. Pembentukan lembaga koperasi oleh masyarakat, agar masyarakat mampu melaksanakan prosesing, pemasaran dan melindungi dirinya dari ulah para spekulan,
b. Pengembangan produk pertanian unggulan yang berkualitas dan berdaya saing,
c. Peningkatan kesempatan berusaha dan bekerja guna peningkatan pendapatan,
d. Pengembangan lembaga-lembaga Pemerintah untuk memfasilitasi kebutuhan modal,

kegiatan usaha dan pengembangan SDM di perdesaan.
Kini pendekatan pengembangan perdesaan dilaksanakan secara holistik melalui core business yakni penyediaan prasarana dan sarana dasar perdesaan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan, sehingga dicapai pembangunan yang berkelanjutan.
Pengembangan perdesaan melalui bina manusia, bina lingkungan, dan bina usaha (Tribina). Sedangkan bina usaha meliputi usaha-usaha pengembangan agribisnis, industri kecil/pengolahan, kerajinan rakyat, pariwisata (agro-eko-kultur). Semua itu termasuk distribusi dan pemasarannya serta pemanfaatan sumber daya alam, diimbangi dengan tumbuhnya agropolitan.
Konsep dan pendekatan baru tersebut menurut Ir. Moch Yusuf gayo yang telah melakukan kajian tentang penyebab kemiskinan di perdesaan tersebut adalah merupakan solusi jitu bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan. Jadi tantangan ke depan tak lain adalah mewujudkan semua itu.

Sumber:
http://www.pu.go.id/

Tidak ada komentar:

UNICEF Press Centre - Millennium Development Goals

UNICEF Press Centre - HIV/AIDS and children